Minggu, 03 Januari 2016

“ Penyebab Matinya Sekolah dan Kampus “



Nama  :Nur Badriyah
Npm    :13141010
Prodi    :PGSD
                                                                                    PGSD IKIP PGRI MADIUN            

Pendidikan tengah diuji untuk memberikan jawaban yang menyulitkan, yakni antara melegitimasi atau melanggengkan sistem dan struktur sosial yang ada,atau harus berperan kritis dalam melakukan perubahan sosial dan transformasi menuju dunia yang lebih baik.Sekolah dan kampus tidak akan  memberi arti banyak bagi pertumbuhan mental individu dan sosial anak-anak. Secara individual mereka digiring untuk berpikir konvergen dan sangat jarang dituntun untuk berpikir secara divergen. Akibatnya pendidikan sangat minim dengan praktik mengapresiasi kondisi sosial karena di sekolah dan kampus anak-anak kita secara sengaja dan menyengaja diasingkan dengan persoalan keseharian yang ada di sekitar mereka. Akibatnya, muncul perlawanan diam-diam dalam bentuk yang asosial,kerumunan,tawuran, demonstrasi anarkistis, dan bentuk-bentuk kekerasan sejenis yang tidak mereka dapati dan pelajari di sekolah dan kampus.Pendidikan kita memerlukan tatanan baru yang proses belajarnya lebih memanusiakan manusia.Bukan lagi membuat sebanyak mungkin klasifikasi subjek-objek, bodoh-pintar, cerdas-idiot.Apabila proses belajar-mengajar hanya berorientasi kognitif, tidaklah mengherankan jika para siswa kurang memiliki kemampuan untuk menyerap sikap-sikap yang lebih toleran, antikekerasan, antinarkoba, dan antipornografi. Akhirnya yang muncul malah semakin banyak kasus-kasus negatif yang melibatkan anak didik, yang pada akhirnya membuat masyarakat berkesimpulan bahwa sekolah dan kampus telah gagal dalam mengambil peran sosial mereka.
Dengan  melihat kasus-kasus negatif yang terjadi pada siswa dan mahasiswa,para siswa dan mahasiswa serta guru diharapkan dapat dengan mudah mendesain pembelajaran secara kreatif dan sesuai dengan perkembangan isu kontemporer yang menghinggapi kehidupan anak didik kita.Dan dengan banyak wawasan juga diharapkan akan membawa makna baru tentang pendidikan kita yang telah direduksi dan didistorsi menjadi hanya semata-mata ‘pengajaran’ yang memiliki keterbatasan dimensi sehingga menghambat tumbuhnya kesadaran pluralisme(perbedaan antar siswa )di ruang-ruang belajar sekolah.Gagasan tentang sekolah dan kampus yang membebaskan anak didik dari keterasingan realitas sosial mereka harus terus dikumandangkan.
Dalam proses pembelajaran guru dan dosen harus lebuh banyak memperhatikan aspek kesadaran siswa mereka yang terpusat pada aspek afektif dan pskimotorik.Pengajar dan pelajar adalah subjek sadar,sementara realitas dunia adalah objek yang harus disadari.Hampir semua bahan ajar yang diajarkan diruang-ruang kelas terasa jauh dari realitas dunia mereka.Pengulangan demi pengulangan  sering kali terjadi sehingga guru menjadi mati rasa karena tidak memiliki kemampuan membaca pesan realitas sosial dalam subjek yang meraka ajarkan.
Sistem pendidikan yang mapan dimanapun itu selalu menggunakan banking concept of education,yang titik egonya adalah siswa dan mahasiswa diberikan ilmu pengetahuan agar kelak mendatangkan hasil yang berlipat ganda.Siswa dan mahasiswa adalah objek investasi dan sumber deposito potensial para guru dan birokrat yang harus terus-menerus dieksploitasi laksana komoditas ekonomi.Dengan pendekatan itulah sekolah dan kampus dibangun sehingga daftar antarorganisme pendidikan gaya bank ini terus berkembang dan berlanjut,seperti guru mengajar murid belajar,guru tahu segala murid itu apa-apa dan guru mengatur murid,murid diatur.Dengan begitu pendidikan akan semakin maju dan berjalan dengan baik.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar